Selasa, 18 Januari 2011

Mekanisme & Pemodelan Pikiran Manusia



 
Banyak yang menganggap bahwa hipnotis terjadi dikarenakan adanya kekuatan mistik, magis, bahkan kekuatan dari “kuasa kegelapan”. Kenapa ? Karena fenomena hipnotis, yang acapkali dipopulerkan melalui pertunjukkan hipnotis panggung (Stage Hypnotism), nyaris selalu mempertunjukkan hal-hal yang “tidak masuk di akal sehat”. Bahkan sebagian orang (kelompok skeptis) menganggap bahwa hipnotis adalah isapan jempol belaka, alias rekayasa untuk kebutuhan entertainment semata !

Pendapat-pendapat semacam ini sebenarnya sah-sah saja, alias harus dimaklumi sebagai ekspresi logis akibat keterbatasan pengetahuan semata. Apalagi Indonesia sebagai salah satu wilayah yang berada di belahan timur bumi, nyaris akrab dengan hal-hal yang berbau mistik, magis, sebagai warisan dari budaya animisme dan dinamisme yang konon merupakan keyakinan asli dari penduduk Nusantara.

Hipnotis “bermain” dengan pikiran ! Tidak lebih dan tidak kurang ! Oleh karena itu satu-satunya cara untuk dapat memahami hipnotisme secara jelas, adalah dengan memperjelas pengetahuan kita mengenai mekanisme atau cara kerja pikiran itu sendiri.
***
Manusia bertindak dengan dilandasi pikiran, dan salah satu model psikologi kontemporer  menjelaskan bahwa pikiran terdiri dari bagian utama, yaitu : Pikiran Sadar (Conscious Mind) dan Pikiran Bawah Sadar (Subconscious Mind).

Pikiran Sadar merupakan bagian dari pikiran kita yang bertugas untuk melakukan analisa dan pertimbangan-pertimbangan rasional, seringkali disetarakan dengan bagian kiri dari otak kita (Left Brain).

Pikiran Bawah Sadar berisikan database yang mencerminkan diri kita, dimana database ini merupakan akumulasi dari berbagai pemahaman, penalaran, pengalaman, bahkan penularan (induksi dari pihak lain) sejak mulai kita lahir sampai dengan hari ini.

Pikiran Bawah Sadar seringkali disetarakan dengan bagian kanan dari otak kita (Right Brain), oleh karena itu Pikiran Bawah Sadar merupakan wilayah yang didominasi oleh rasa dan emosi.

Yang paling menarik, Pikiran Bawah Sadar cenderung bersifat “netral” terhadap data atau informasi yang masuk. Netral artinya tidak mengenal “baik” dan “buruk”, “salah” atau “benar”. Suatu data yang telah “berhasil” memasuki Pikiran Bawah Sadar dan telah menjadi memori permanen, maka dianggap sebagai “kebenaran”, walaupun mungkin sebenarnya data tersebut relatif “salah” berdasarkan kaidah umum.

Contoh klasik, pada saat kita kecil, ketika orang tua kita mengatakan “… awas jangan main jauh-jauh, nanti kamu diculik hantu ….”, maka Pikiran Bawah Sadar seorang anak tentu tidak memahami apakah pernyataan tersebut “benar” atau “salah”, yang lebih dipahami adalah bahwa kata-kata orang tua pasti “benar” adanya, maka sejak saat itu di Pikiran Bawah Sadar terdapat data, bahwa hantu itu ada !

Hal lain yang menarik, bahwa ternyata porsi Pikiran Bawah Sadar ternyata sangat dominan dalam menentukan tindakan seseorang, Sebuah buku yang berjudul “Peace of Mind” dari Sandy Mc Gregor menyatakan bahwa kontribusi Pikiran Sadar hanyalah 12%, sedangkan kontribusi Pikiran Bawah Sadar adalah 88%. Beberapa buku lainnya bahkan menggambarkan bahwa peranan dari Pikiran Bawah Sadar adalah mencapai 90% dan Pikiran Sadar hanya 10%.
***
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa pikiran rasional saja tidaklah “cukup” untuk mewujudkan suatu tindakan ! Karena rasional adalah tugas dari Pikiran Sadar yang hanya berkonstribusi sebanyak 12% terhadap mekanisme suatu tindakan.

Oleh karena itu, walaupun mungkin anda belum pernah melihat hantu, atau secara rasional seharusnya hantu tidak perlu dianggap ada, tetapi saya yakin ketika anda melewati kamar mayat RSCM di tengah malam pasti anda akan takut ! Artinya, rasio anda tidak cukup mampu untuk membuat anda “berani”, karena Pikiran Bawah Sadar anda “terlanjur” mempercayai bahwa fenomena hantu adalah benar adanya !
***
Dengan komposisi kontribusi Pikiran Sadar 12% vs Pikiran Bawah Sadar 88%, maka kita dapat dikatakan nyaris merupakan “mahluk bawah sadar” !

Dari uraian di atas mungkin banyak hal yang sebenarnya tidak kita inginkan, tetapi “terlanjur” masuk ke pikiran bawah sadar karena banyaknya induksi dalam kehidupan ini.

Setiap orang secara alamiah pasti memiliki keinginan untuk selalu bergerak maju, tetapi di sisi lain seringkali yang terjadi justru mereka “berbelok” atau “ditarik” ke arah yang sebaliknya oleh pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar dapat menjadi kekuatan yang mendukung keinginan kita, atau sebaliknya dapat menjadi musuh kita yang paling kuat !

Dari berbagai hal yang telah dipaparkan, mungkin timbul suatu pertanyaan, dapatkah kita “membuang” hal-hal yang tidak memberdayakan yang sudah “terlanjur” berada di pikiran bawah sadar kita ? Dapatkah kita memasukkan hal-hal yang lebih positif ke pikiran bawah sadar sehingga pikiran bawah sadar akan bergerak selaras dengan keinginan kita ?

Jawabannya dapat ! Hipnotis adalah salah satu cara yang efektif untuk pemrograman dan pemrograman ulang pikiran bawah sadar !
***
Dari penjelasan sederhana mengenai pemodelan pikiran ini, tentu anda sudah mulai dapat “meraba-raba”, mengapa pertunjungan hipnotis panggung dapat mendemonstrasikan hal-hal yang tidak masuk di akal ? Jawabannya adalah, karena terdapat bagian pikiran yang dipengaruh oleh sugesti dari Sang Hypnotist (juru hipnotis). Bagian pikiran inilah yang dikenal dengan nama “Pikiran Bawah Sadar”, yang merupakan area pikiran non kritis, tetapi memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku manusia.
***
Catatan :
Pemodelan pikiran dengan membagi pikiran menjadi 2 area, yaitu : Conscious Mind (Pikiran Sadar) dan Subconscious Mind (Pikiran Bawah Sadar) mungkin tidak akan pernah kita temui di pengetahuan Psikologi klasik. Demikian juga pada beberapa kelas Hypnosis atau buku Hypnosis, mungkin saja akan menggambarkan dengan pemodelan yang berbeda pula. Hal ini hendaknya tidak perlu terlalu diperdebatkan, karena pemodelan hanyalah sekedar alat bantu untuk mempermudah penjelasan yang lebih esensi di tingkat berikutnya. Pemodelan Conscious – Subconscious merupakan salah satu pemodelan yang paling populer dalam pembelajaran Conventional Hypnotism, kitapun pada tahap awal akan mengacu pada pemodelan ini.

source : hipnotis.net
Selengkapnya...

Hypnotisability


 
Hypnotisability dapat diartikan secara bebas sebagai “kemampuan untuk dapat memasuki kondisi hipnotis” atau kemampuan seorang memasuki “Hypnosis State”.

Dalam pengertian praktis, maka seseorang hanya dapat dihipnotis, jika memenuhi 3 persyaratan utama, yaitu :

Bersedia atau tidak menolak
Hipnotis terkait dengan pembukaan filter pikiran bawah sadar. Oleh karena itu jika seorang Subyek tidak nyaman atau menolak, secara otomatis filter pikiran bawah sadarnya akan tertutup.

Memahami komunikasi
Hipnotis adalah penanaman pengertian yang dibentuk melalui komunikasi verbal dan non verbal. Jika seseorang memiliki gangguan panca indera (misal : gangguan pendengaran), maka sulit untuk menerima proses hipnotis. Demikian juga jika kata-kata kalimat dari Hypnotist tidak dipahami oleh Subyek, maka Subyek akan sulit untuk memasuki kondisi hipnotis.

Memiliki kemampuan untuk fokus
Salah satu faktor penting yang dapat mempermudah pembukaan filter pikiran bawah sadar adalah fokus. Oleh karena itu bagi Subyek yang memiliki kesulitan serius dalam fokus, sulit untuk dipandu memasuki kondisi hipnotis.
***
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami dengan jelas bahwa hipnotis membutuhkan kerjasama yang baik antara Subyek dengan Hypnotist. Bahkan dapat dikatakan bahwa Subyek memegang peranan utama, oleh karena itulah disebut sebagai “Subyek”.

source : hipnotis.net
Selengkapnya...

Anchor Pada Pengetahuan Hipnotis


 
Terminologi Anchor diperkenalkan oleh pengetahuan NLP. Anchor secara sederhana adalah suatu “stimulus” yang akan menghasilkan “response” atau reaksi tertentu.

Sebagai suatu ilustrasi sederhana, biasanya pada pagi hari walaupun kita sudah makan 2 potong roti, bahkan 1 mangkuk mi instant, mungkin kita merasa “belum makan”, karena kita belum makan nasi. Sebaliknya dengan hanya makan semangkuk nasi dengan lauk kecap dan krupuk, mungkin kita sudah merasa kenyang. Apakah sebenarnya yang terjadi ?

Bagi mayoritas orang Indonesia, nasi lebih merupakan kebutuhan “psikologis” dibandingkan dengan kebutuhan biologis. Nasi sudah menjadi “Anchor” bagi kita, seperti halnya syntax di program komputer, yaitu “if makan nasi …. then kenyang”.

Dari ilustrasi di atas, mungkin dalam kehidupan riel sehari-hari sangat banyak Anchor yang terdapat dalam diri kita, misalkan “if di tempat gelap then takut”, “if di tempat tinggi then gemetar”, dan mungkin masih sangat banyak Anchor-Anchor lainnya.

Dalam Hypnotherapy seringkali Hypnotherapist harus mencari berbagai Anchor yang mungkin terkait dengan permasalah Client, dan dilakukan proses “Collapsing” jika Anchor tersebut negatif.

Para Stage Hypnotist juga sering membuat Anchor untuk menghasilkan efek yang hiburan yang dramatis, walaupun Anchor jenis ini biasanya bersifat temporer. Kalangan hipnotis masa lampau tidak akrab dengan istilah Anchor, mereka lebih mengenalnya sebagai Post Hypnotic Suggestion, atau sugesti yang tetap bekerja walaupun hipnotis sudah diakhiri.

Anchor memiliki berbagai bentuk, mulai dari Visual, Audio, Kinestetik, dll. Anchor yang relatif kuat adalah Anchor dari kelompok Kinestetik.

Dalam Hypnotherapy, Anchor dapat dipergunakan secara luas, mulai dari hanya sekedar untuk mempermudah proses Re-Hypnotization, sampai dengan pembuatan simbol-simbol untuk kebutuhan khusus, misalkan untuk membantu Client memicu rasa percaya diri yang lebih kuat di saat membutuhkannya.

Dalam Hypnotherapy sebaiknya Anchor didesain berdasarkan kesepakatan dengan Client agar dapat menimbulkan efek yang permanen.

Pada pertunjukkan Hipnotis di panggung (Stage Hypnotism), biasanya Anchor dibuat dengan simbol-simbol yang unik, dikarenakan akan dipergunakan untuk menghasilkan efek hiburan yang dramatis. Misalkan ketika Stage Hypnotist mengangkat tangan kirinya, maka Subyek akan tertawa terbahak-bahak, sebaliknya jika Stage Hypnotist mengangkat tangan kanannya, maka Subyek akan bersedih. Anchor pada pertunjukkan Hipnotis panggung biasanya hilang efeknya dengan sendirinya setelah beberapa waktu, bahkan ketika tidak dinormalkan kembali oleh sang Hypnotist.

source : hipnotis.net
Selengkapnya...

Levitation Girl



source : youtube.com Selengkapnya...

Hypnotic Power

 
Apakah dalam proses hipnotis diperlukan “kekuatan” tertentu ? Mengapa seorang Hypnotist yang berpengalaman dapat melakukan hipnotis secara cepat dibandingkan dengan pemula ? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh para pemula, dan ini adalah pertanyaan yang wajar, sehingga banyak orang tetap meyakini bahwa terdapat “unsur lain” dalam proses hipnotis.

Ormond McGill seorang Maestro Stage Hypnotism tingkat dunia yang dijuluki sebagai “The Dean of American Hypnotist” merangkum hal ini dengan menjelaskan bahwa seorang Hypnotist harus memiliki “kekuatan” atau “power”, yang dinamakan dengan “Hypnotic Power”.

Hypnotic Power tersusun dari 2 komponen, yaitu : Psychological Power dan Physiological Power, dimana keduanya harus pada tingkat optimal agar dapat menghasilkan efek “Hypnotic”.

Psychological Power
Adalah kekuatan yang muncul dari suatu sugesti. Struktur suatu sugesti, serta cara membawakan sugesti dimaksud akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan ini. Oleh karena itu seorang Hypnotist harus benar-benar mengasah kemampuan untuk menyusun dan membawakan sugesti, karena hal ini merupakan salah satu faktor penting dalam proses hipnotis.

Physiological Power
Adalah suatu kekuatan yang mengacu kepada diri sang Hypnotist, sehingga di masa silam hal ini dikaitkan dengan kekuatan “aura”, “magnet”, dsb. Pengertian inilah yang memunculkan aliran “mesmerisme” di masa silam.

Dalam Traditional Hypnotism, terkadang muncul berbagai ritual-ritual yang berbau “mistis”, dimana ini harus disikapi sebagai metodologi belaka untuk memunculkan Physiological Power ini.

Di jaman moderen ini, berdasarkan pengalaman penulis, sesungguhnya Physiological Power adalah suatu “kekuatan alami” yang muncul begitu saja ketika sesorang memiliki “Self Image” yang kuat, tentu saja dalam hal ini adalah “Self Image” sebagai seorang Hypnotist. Oleh karena itu metodologi moderen dapat dipergunakan untuk memunculkan “Self Image” dimaksud, yaitu dengan memupuk “rasa percaya diri” yang tinggi.

Kedua kekuatan ini benar-benar dikembangkan secara sama kuatnya, dan harus digabungkan agar menghasilkan efek “Hypnotic”.

source : hipnotis.com
Selengkapnya...