Rabu, 19 Januari 2011

Suggestibility Test – Rigid Catalepsy

Rigid Catalepsy merupakan praktek pertama yang harus anda lakukan dengan baik. Praktek ini sangat penting, karena merupakan gerbang awal anda dalam memahami perilaku pikiran bawah sadar.

Secara teknis praktek ini adalah tentang penyampaian sugesti sederhana terhadap Subyek, dan mempelajari reaksi yang terjadi.

Rigid Catalepsy bertujuan untuk membuat tangan Subyek menjadi keras (rigid) seperti besi, sehingga benar-benar tidak dapat dibengkokkan dengan upaya sekeras apapun juga dari Subyek.

Mintalah Subyek untuk mengepalkan tangan dan meluruskan tangannya dengan keras (tegang) dan mintalah ia membayangkan bahwa tangannya sekarang menjadi besi yang sangat kuat dan lurus. Anda dapat membantu dengan memberikan sentuhan. Agar lebih fokus, mintalah Subyek untuk memejamkan mata.

Pandulah Subyek untuk mengucapkan sugesti di dalam hati yang bertujuan untuk membuat tangannya menjadi sekeras besi, misalkan :

“Wahai tangan, engkau aku perintahkan menjadi keras seperti besi baja. Sedemikian kerasnya, sehingga jika engkau dibengkokkan, maka semakin keras engkau dibengkokkan maka engkau akan bertambah keras seperti besi baja”.

Kemudian mintalah Subyek untuk mencoba membengkokkan tangannya, tetapi tambahkan sugesti :

“Walaupun kamu mencoba untuk membengkokkan, tetapi tangan kamu akan semakin mengeras seperti besi baja !”

Jangan lupa normalkan kembali dengan cara memberikan sugesti :

“Ya, sekarang tangan kamu normal kembali, sehingga dengan mudah dapat dibengkokkan kembali”.

source : hipnotis.net
Selengkapnya...

Selasa, 18 Januari 2011

State of Consciousness


 
Hipnotis merupakan gejala alami sehari-hari. Hipnotis adalah salah satu “state” atau “keadaan” alami kita sehari-hari.

Untuk memperoleh pemahaman secara lengkap, maka kita harus memahami terlebih dahulu bahwa sesungguhnya dalam kondisi sehari-hari kita berada di salah satu dari 3 kondisi atau keadaan kesadaran, atau “State of Consciousness”. Ke-3 kondisi tersebut adalah :

Normal State
Merupakan kondisi kesadaran “normal” dalam pengertian sehari-hari. Dalam kondisi ini kita berada dalam keadaan “waspada”, dan pikiran kita cenderung kritis. Pada kondisi ini filter Pikiran Bawah Sadar lebih “tertutup”, sehingga kita relatif kurang merespon sugesti yang berasal dari luar diri kita, atau kita berada dalam kondisi “Non Sugestif”.

Sleep State
Adalah kondisi ketika kita tertidur lelap tanpa mimpi. Dalam kondisi ini walaupun Pikiran Sadar dalam kondisi tidak aktif, akan tetapi Pikiran Bawah Sadar-pun tidak merespon informasi yang berasal dari luar, atau Pikiran Bawah Sadar dalam kondisi “Non Receptive”. Secara praktis dikatakan bahwa kita juga berada dalam kondisi “Non Sugestif”.

Hypnosis State
Diantara kondisi Normal State dan Sleep State, terdapat suatu kondisi yang disebut sebagai “Hypnosis State”, atau sering disingkat dengan “Hypnos”, bahkan ada yang menyebutnya dengan istilah kondisi “Hipnosa”.
Dalam kondisi inilah kita cenderung menjadi lebih “sugestif” untuk menerima respon yang berasal luar diri kita, dengan kata lain bahwa filter Pikiran Bawah Sadar mulai terbuka, sehingga informasi relatif lebih mudah “memasuki” Pikiran Bawah Sadar.
***
Kondisi “Hypnos” ini memiliki rentang cukup besar, mulai dari “Light”, “Medium”, sampai dengan “Deep”, dimana kondisi “Light” kurang lebih bermakna bahwa filter Pikiran Bawah Sadar mulai “sedikit” terbuka, dan kondisi “Deep” bermakna bahwa filter Pikiran Bawah Sadar terbuka lebar.

Berdasarkan penjelasan ini, maka kiranya mulai dapat dipahami kegiatan hipnotis secara praktis adalah menempatkan diri sendiri atau orang lain ke kondisi “Hypnos”. Atau dengan kata lain mempelajari pengetahuan Hipnotis antara lain adalah mempelajari berbagai teknik untuk membawa Subyek ke kondisi “Hypnos”.

source : hipnotis.net
Selengkapnya...

Struktur Lengkap Classic Hypnosis


 
Pada Hypnosis gaya klasik, atau konvensional, berlaku struktur atau tahapan sebagai berikut :

Pre-Induction
Tahap ini adalah saat dimana Hypnotist pertama kali berinteraksi dengan Subyek. Dalam Tahap ini seorang Hypnotist melakukan observasi terhadap diri Subyek menyangkut berbagai hal yang kiranya dibutuhkan dalam proses Hypnosis, antara lain : perkiraan tingkat Suggestibility (sugestivitas), serta detail permasalahan (pada proses Hypnotherapy). Pada tahap ini pulalah seorang Hypnotist dapat melakukan proses pembelajaran “Trance” kepada Subyek, atau dikenal dengan istilah “Hypnotic Training”. Dalam proses Hypnotherapy, tahap ini merupakan tahap dimana seorang Hypnotherapist memberikan edukasi di seputar proses Hypnotherapy yang akan dilakukan.

Induction
Suatu tahapan teknis, dimana seorang Hypnotist mulai memandu Subyek untuk mulai memasuki kondisi “Trance”. Teknik induction atau induksi yang dipergunakan disesuaikan dengan kondisi Subyek berdasarkan hasil observasi pada saat tahapan Pre-Induction.

Deepening
Suatu tahapan untuk memperdalam kondisi “Trance” dari Subyek. Kedalaman “Trance” yang dibutuhkan dapat berbeda-beda untuk setiap kebutuhan.

Depth Level Test
Pengujian tingkat kedalaman “Trance” dari Subyek. Cara yang dipergunakan dapat melalui konfirmasi (Ideo Motor Response) atau berdasarkan identifikasi dengan standar kedalaman yang ada (misal : Davis-Husband Scale).

Suggestion
Tahapan inti dari proses Hypnosis, yaitu pemberian sugesti sesuai dengan maksud dan tujuan proses Hypnosis yang dilakukan.

Termination (Emerge)
Pengakhiran proses Hypnosis, yaitu suatu langkah bertahap untuk membawa kembali Subyek ke kondisi normal.

Struktur atau tahapan di atas merupakan struktur standar, terutama diterapkan pada proses Hypnosis untuk menghasilkan efek therapeutic atau Hypnotherapy. Pada Stage Hypnotism, terkadang pada Subyek diminta membuka mata sebelum proses Termination, dan melakukan “action” sesuai dengan sugesti yang diberikan. Dalam kasus ini, dikenal istilah bahwa Subyek berada dalam kondisi “Ability To Open Eyes Without Affecting The Trance”, atau membuka mata dalam kondisi “Trance”. Termination yang sesungguhnya baru dilakukan di akhir acara.

source : hipnotis.net
Selengkapnya...

Mekanisme & Pemodelan Pikiran Manusia



 
Banyak yang menganggap bahwa hipnotis terjadi dikarenakan adanya kekuatan mistik, magis, bahkan kekuatan dari “kuasa kegelapan”. Kenapa ? Karena fenomena hipnotis, yang acapkali dipopulerkan melalui pertunjukkan hipnotis panggung (Stage Hypnotism), nyaris selalu mempertunjukkan hal-hal yang “tidak masuk di akal sehat”. Bahkan sebagian orang (kelompok skeptis) menganggap bahwa hipnotis adalah isapan jempol belaka, alias rekayasa untuk kebutuhan entertainment semata !

Pendapat-pendapat semacam ini sebenarnya sah-sah saja, alias harus dimaklumi sebagai ekspresi logis akibat keterbatasan pengetahuan semata. Apalagi Indonesia sebagai salah satu wilayah yang berada di belahan timur bumi, nyaris akrab dengan hal-hal yang berbau mistik, magis, sebagai warisan dari budaya animisme dan dinamisme yang konon merupakan keyakinan asli dari penduduk Nusantara.

Hipnotis “bermain” dengan pikiran ! Tidak lebih dan tidak kurang ! Oleh karena itu satu-satunya cara untuk dapat memahami hipnotisme secara jelas, adalah dengan memperjelas pengetahuan kita mengenai mekanisme atau cara kerja pikiran itu sendiri.
***
Manusia bertindak dengan dilandasi pikiran, dan salah satu model psikologi kontemporer  menjelaskan bahwa pikiran terdiri dari bagian utama, yaitu : Pikiran Sadar (Conscious Mind) dan Pikiran Bawah Sadar (Subconscious Mind).

Pikiran Sadar merupakan bagian dari pikiran kita yang bertugas untuk melakukan analisa dan pertimbangan-pertimbangan rasional, seringkali disetarakan dengan bagian kiri dari otak kita (Left Brain).

Pikiran Bawah Sadar berisikan database yang mencerminkan diri kita, dimana database ini merupakan akumulasi dari berbagai pemahaman, penalaran, pengalaman, bahkan penularan (induksi dari pihak lain) sejak mulai kita lahir sampai dengan hari ini.

Pikiran Bawah Sadar seringkali disetarakan dengan bagian kanan dari otak kita (Right Brain), oleh karena itu Pikiran Bawah Sadar merupakan wilayah yang didominasi oleh rasa dan emosi.

Yang paling menarik, Pikiran Bawah Sadar cenderung bersifat “netral” terhadap data atau informasi yang masuk. Netral artinya tidak mengenal “baik” dan “buruk”, “salah” atau “benar”. Suatu data yang telah “berhasil” memasuki Pikiran Bawah Sadar dan telah menjadi memori permanen, maka dianggap sebagai “kebenaran”, walaupun mungkin sebenarnya data tersebut relatif “salah” berdasarkan kaidah umum.

Contoh klasik, pada saat kita kecil, ketika orang tua kita mengatakan “… awas jangan main jauh-jauh, nanti kamu diculik hantu ….”, maka Pikiran Bawah Sadar seorang anak tentu tidak memahami apakah pernyataan tersebut “benar” atau “salah”, yang lebih dipahami adalah bahwa kata-kata orang tua pasti “benar” adanya, maka sejak saat itu di Pikiran Bawah Sadar terdapat data, bahwa hantu itu ada !

Hal lain yang menarik, bahwa ternyata porsi Pikiran Bawah Sadar ternyata sangat dominan dalam menentukan tindakan seseorang, Sebuah buku yang berjudul “Peace of Mind” dari Sandy Mc Gregor menyatakan bahwa kontribusi Pikiran Sadar hanyalah 12%, sedangkan kontribusi Pikiran Bawah Sadar adalah 88%. Beberapa buku lainnya bahkan menggambarkan bahwa peranan dari Pikiran Bawah Sadar adalah mencapai 90% dan Pikiran Sadar hanya 10%.
***
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa pikiran rasional saja tidaklah “cukup” untuk mewujudkan suatu tindakan ! Karena rasional adalah tugas dari Pikiran Sadar yang hanya berkonstribusi sebanyak 12% terhadap mekanisme suatu tindakan.

Oleh karena itu, walaupun mungkin anda belum pernah melihat hantu, atau secara rasional seharusnya hantu tidak perlu dianggap ada, tetapi saya yakin ketika anda melewati kamar mayat RSCM di tengah malam pasti anda akan takut ! Artinya, rasio anda tidak cukup mampu untuk membuat anda “berani”, karena Pikiran Bawah Sadar anda “terlanjur” mempercayai bahwa fenomena hantu adalah benar adanya !
***
Dengan komposisi kontribusi Pikiran Sadar 12% vs Pikiran Bawah Sadar 88%, maka kita dapat dikatakan nyaris merupakan “mahluk bawah sadar” !

Dari uraian di atas mungkin banyak hal yang sebenarnya tidak kita inginkan, tetapi “terlanjur” masuk ke pikiran bawah sadar karena banyaknya induksi dalam kehidupan ini.

Setiap orang secara alamiah pasti memiliki keinginan untuk selalu bergerak maju, tetapi di sisi lain seringkali yang terjadi justru mereka “berbelok” atau “ditarik” ke arah yang sebaliknya oleh pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar dapat menjadi kekuatan yang mendukung keinginan kita, atau sebaliknya dapat menjadi musuh kita yang paling kuat !

Dari berbagai hal yang telah dipaparkan, mungkin timbul suatu pertanyaan, dapatkah kita “membuang” hal-hal yang tidak memberdayakan yang sudah “terlanjur” berada di pikiran bawah sadar kita ? Dapatkah kita memasukkan hal-hal yang lebih positif ke pikiran bawah sadar sehingga pikiran bawah sadar akan bergerak selaras dengan keinginan kita ?

Jawabannya dapat ! Hipnotis adalah salah satu cara yang efektif untuk pemrograman dan pemrograman ulang pikiran bawah sadar !
***
Dari penjelasan sederhana mengenai pemodelan pikiran ini, tentu anda sudah mulai dapat “meraba-raba”, mengapa pertunjungan hipnotis panggung dapat mendemonstrasikan hal-hal yang tidak masuk di akal ? Jawabannya adalah, karena terdapat bagian pikiran yang dipengaruh oleh sugesti dari Sang Hypnotist (juru hipnotis). Bagian pikiran inilah yang dikenal dengan nama “Pikiran Bawah Sadar”, yang merupakan area pikiran non kritis, tetapi memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku manusia.
***
Catatan :
Pemodelan pikiran dengan membagi pikiran menjadi 2 area, yaitu : Conscious Mind (Pikiran Sadar) dan Subconscious Mind (Pikiran Bawah Sadar) mungkin tidak akan pernah kita temui di pengetahuan Psikologi klasik. Demikian juga pada beberapa kelas Hypnosis atau buku Hypnosis, mungkin saja akan menggambarkan dengan pemodelan yang berbeda pula. Hal ini hendaknya tidak perlu terlalu diperdebatkan, karena pemodelan hanyalah sekedar alat bantu untuk mempermudah penjelasan yang lebih esensi di tingkat berikutnya. Pemodelan Conscious – Subconscious merupakan salah satu pemodelan yang paling populer dalam pembelajaran Conventional Hypnotism, kitapun pada tahap awal akan mengacu pada pemodelan ini.

source : hipnotis.net
Selengkapnya...

Hypnotisability


 
Hypnotisability dapat diartikan secara bebas sebagai “kemampuan untuk dapat memasuki kondisi hipnotis” atau kemampuan seorang memasuki “Hypnosis State”.

Dalam pengertian praktis, maka seseorang hanya dapat dihipnotis, jika memenuhi 3 persyaratan utama, yaitu :

Bersedia atau tidak menolak
Hipnotis terkait dengan pembukaan filter pikiran bawah sadar. Oleh karena itu jika seorang Subyek tidak nyaman atau menolak, secara otomatis filter pikiran bawah sadarnya akan tertutup.

Memahami komunikasi
Hipnotis adalah penanaman pengertian yang dibentuk melalui komunikasi verbal dan non verbal. Jika seseorang memiliki gangguan panca indera (misal : gangguan pendengaran), maka sulit untuk menerima proses hipnotis. Demikian juga jika kata-kata kalimat dari Hypnotist tidak dipahami oleh Subyek, maka Subyek akan sulit untuk memasuki kondisi hipnotis.

Memiliki kemampuan untuk fokus
Salah satu faktor penting yang dapat mempermudah pembukaan filter pikiran bawah sadar adalah fokus. Oleh karena itu bagi Subyek yang memiliki kesulitan serius dalam fokus, sulit untuk dipandu memasuki kondisi hipnotis.
***
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami dengan jelas bahwa hipnotis membutuhkan kerjasama yang baik antara Subyek dengan Hypnotist. Bahkan dapat dikatakan bahwa Subyek memegang peranan utama, oleh karena itulah disebut sebagai “Subyek”.

source : hipnotis.net
Selengkapnya...