Sabtu, 31 Juli 2010

Esensi Membaca Kartu Tarot

drop Asumsi dan wawasan yang kerdil bisa dibilang sama sekali tidak membantu di dalam sebuah pembacaan Tarot yang baik. Sebagai seorang instruktur dan konsultan Tarot profesional, sebisa mungkin saya berusaha untuk selalu menjaga keterbukaan pikiran dan dapat menerima orang lain apa adanya, dengan semua pilihan dan gaya hidup mereka. Namun saya tidak memungkiri kalau terkadang hal itu sangat susah untuk dilakukan. Mengapa hal ini bisa terjadi ? Sebagai manusia biasa, persepsi- persepsi yang saya miliki berasal dari semua pengalaman kehidupan saya hingga hari ini, hal ini telah menyatu sedemikian kuatnya dengan diri saya dan secara tidak langsung turut membentuk pola pikir, respon dan realita kehidupan saya secara total. Ketidakmampuan kita untuk benar-benar memisahkan diri dari pengalaman-pengalaman hidup kita pada saat membaca Tarot adalah hal yang sangat manusiawi. Tidak semua readers memiliki itikad untuk benar-benar memisahkan diri, sehingga bacaan yang dihasilkan pun terkesan menggurui, menghakimi dan tidak sepenuhnya mewakili pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh tebaran kartu di hadapannya.

Zero mind. Zero mind. Zero mind. Itulah yang selalu saya tekankan pada semua anak didik dan diri saya sendiri, sewaktu melakukan sesi pembacaan Tarot. Pada saat kartu terhampar di hadapan , diri saya dan segala ke sayaan saya, hendaknya ditekan habis. Semua prinsip, persepsi dan keegoan saya harus benar-benar ditanggalkan untuk menghasilkan sebuah bacaan yang “ bersih “ dan murni. Fungsi hakiki dari seorang pembaca Tarot adalah sebagai messenger of the Universe, untuk itu ketenangan mental dan pikiran, mutlak dibutuhkan guna mendapatkan aliran pesan-pesan dari kesadaran yang lebih tinggi.

Terkadang pesan-pesan yang disampaikan lewat tebaran kartu terkesan menggelikan dan tidak masuk akal. Apabila hal itu terjadi, sering kali kita dengan cepat mengkoreksinya, menutup-nutupinya sehingga bacaan terkesan dangkal dan membosankan. Keegoan kita untuk takut “ salah “ membaca , telah menurunkan keakurasian pembacaan itu sendiri. Perlu diingat, membaca tarot memang tidak selayaknya menggunakan otak atau logika, namun lebih condong ke interpretasi kartu dengan menggunakan intuisi. Sering kali, pesan-pesan yang disampaikan oleh kartu, berbentuk getaran-getaran tipis yang tidak akan tertangkap oleh 5 indera fisik manusia pada umumnya. Untuk menangkap getaran-getaran halus ini, instrumen yang paling bisa diandalkan adalah jiwa kita. Intuisi sendiri, adalah telinga jiwa. Dan untuk telinga jiwa dapat menangkap sebagian atau sepenuhnya getaran-getaran energi yang ada dari sang klien, diperlukan ketenangan. Itulah sebabnya, seorang reader yang baik, akan selalu berada dalam keadaan Zero mind pada setiap sesi pembacaan Tarot yang dilakukan.

Dibutuhkan latihan dan jam terbang yang cukup tinggi untuk membedakan intuisi dengan sugesti dan asumsi. Kunci untuk membedakannya sebenarnya cukup mudah, apapun yang berasal dari pikiran kita adalah sugesti dan asumsi ( salah satu bentuk intuisi berfrekuensi rendah yang tidak murni ) sedangkan apapun yang berasal dari hati, adalah intuisi murni. Lantas, bagaimana cara melatih ketajaman intuisi ? Cara yang termudah adalah meditasi. Lakukan dengan cara anda sendiri, dengan waktu dan durasi yang paling sesuai dengan diri anda dan rasakan bedanya. Dengan telinga jiwa yang terlatih, anda akan mendengarkan hal-hal yang tidak bersuara, merasakan apa yang tidak ada dan melihat apa yang tidak berbentuk. Dunia akan menjadi tempat yang sangat berbeda untuk anda.


sumber : http://danterk.xanga.com/662848831/esensi-membaca-kartu-tarot/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar