Selasa, 15 Maret 2011

Romy Rafael : Liburan Sambil Go International




Romy nekat belajar hipnotis ke Amerika. Biayanya dari sebagian modal sang ayah yang sebenarnya untuk mendirikan warnet. Toh, kenekatan Romy tak sia-sia. Sepulang dari Amerika, ayah dua anak ini bisa mewujudkan mimpi-mimpinya.

Sesuai dengan rencana yang aku tulis di buku kucel yang aku temukan di perpustakaan, aku memutuskan pergi kuliah ke Amerika. Tentu saja tidak memberitahu orangtua. Baru setelah sampai aku mengabari mereka, tentu saja mereka sudah tidak bisa melarangku lagi.

Lalu, bagaimana aku punya uang untuk ongkos ke sana? Dulu, kan, marak orang bisnis warnet. Papa rupanya ada kerja sama dengan temanku untuk mendirikan warnet. Temanku dapat modal dari Papa. Nah, sebagian modal itu aku pakai untuk kuliah. Untungnya di Amerika aku punya saudara, jadi biaya tempat tinggal bisa lebih murah. Aku memilih Amerika, karena di Indonesia belum ada yang bisa memberikan sertifikasi hipnoterapi.!

Selama tiga tahun aku belajar di sana, tentu banyak suka dukanya yang aku alami. Jadi tukang cuci piring hingga babysitter. Aku, kan, enggak bisa bekerja resmi karena hanya punya visa wisata.

Banyak yang aku pelajari, mulai dari fisik manusia hingga bagaimana manusia berkomunikasi. Aku tidak belajar di satu tempat saja, di National Guild of Hypnotism juga di The American Board of Hypnotherapy. Kenapa? Karena sertifikasi dan apa yang dipelajari berbeda.

Selain belajar, aku juga mulai mempraktikkan ilmu ke teman sebangku. Contohnya, aku menyuruh temanku menyembunyikan cincin entah di tangan kanan atau kirinya. Nah, dengan bahasa tubuhnya aku jadi tahu, di mana cincin itu disimpan. Setelah dicoba beberapa kali akan ketahuan sifatnya dari cara orang menyimpan cincin tersebut.

Saat memberi sugesti ke orang harus tahu karakternya seperti apa. Tentu saja karakter orang, kan, berbeda-beda. Tujuan aku mensugesti seseorang agar sama dengan statement yang aku bikin. Dengan bahasa tubuh, intonasi suara, kata-kata, aku jadi tahu apa yang ada dalam pikirannya. Itu juga menjadi salah satu dasar hipnotis.

Show Dari Meja ke Meja

Selesai belajar aku pulang ke Jakarta, mencari kerja. Mulailah aku melamar ke hotel-hotel bintang lima, di kartu namaku tertulis jabatan entertainment director. Aku juga mengubah namaku jadi Romy Rafael, agar lebih enak didengar. Pekerjaan awalku sebagai entertainer dari meja ke meja. Misalnya, ada suami istri yang memesan makanan. Nah, sambil menunggu pesanan ada waktu kosong sekitar 4 menit. Di saat jeda itulah aku datangi meja mereka lalu memberikan hiburan. Istilahnya, table hypnotis .

Selama 4 tahun aku melakukan pekerjaan tersebut, tanpa mengenal kata bosan. Berbagai pengalaman pernah aku alami. Sekali waktu aku melakukan show di depan orang-orang Yunani yang sedang makan. Usai show aku dikasih tip tanpa melihat berapa jumlahnya. Begitu sampai di meja ternyata hanya Rp 6 ribu. Aku panggil saja bagian kasirnya sambil bilang kalau meja orang Yunani itu aku yang bayar. Mereka diam saja ketika tahu aku yang membayar makan. Tapi jangan salah, aku juga pernah dikasih 100 dollar. Awalnya, aku pikir hanya Rp 50 ribu. Baru di rumah setelah aku lihat lagi, ternyata dapat tip besar. Penginnya, sih, dibingkai, tapi, kok, sayang ya. Akhirnya aku pakai buat makan juga. Hahaha.

Setelah 4 tahun, aku bekerja sama dengan PH Sandhika membuat program teve, Hipnotis . Pelan-pelan, namaku mulai dikenal publik. Sempat vakum beberapa tahun, acara tersebut kembali muncul dengan nama berbeda, Master Hipnotis .

Lalu, aku juga sempat punya sekolah hipnotis tapi sekarang sudah ditinggalkan karena tidak ada waktu mengurus. Awalnya aku mendirikan sekolah itu karena prihatin, banyak sekolah hipnotis yang sertifikatnya enggak bisa dipertanggungjawabkan. Pelajarannya juga tidak berkesinabungan. Tapi sayangnya, aku sendiri enggak punya waktu mengajar. Jadi, daripada berantakan sekolah itu aku tutup saja.

Go International

Bicara soal teman hidup, aku mempunyai istri bernama Ury serta dua anak, Xander Xavier Rafael dan Xakila Xamara Rafael. Kami bertemu saat SMA di Tunjungan Plasa Surabaya. Awalnya aku belum berani terus terang, tapi aku tertarik dari sorotan matanya. Setelah sama-sama klop, kami menikah tahun 2004. Awalnya mertuaku bingung, kok, kerjaku di bidang hipnotis, namun akhirnya mereka bisa mengerti.

Soal keluarga, aku punya prinsip, orang lain tak boleh tahu tentang keluargaku. Bagiku, keluarga bukan objek untuk dieksploitasi. Sebagai seorang wanita, tentu saja Ury pernah cemburu. Makanya kalau ada syuting ke daerah, Ury selalu ikut. Rencananya tahun depan kami akan tur ke luar negeri, Washington DC, Los Angeles, Hongkong, Thailand, Malaysia. Selain kerja, kan bisa liburan. Aku sudah membayangkan, pasti seru sekali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar