Jumat, 20 Agustus 2010

Hipnotis & Gendam

Hipnotis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuat seseorang berada dalam keadaan hipnosis, atau keadaan seperti tidur karena sugesti. Orang yang terhipnosis berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya. Menurut seorang instruktur hipnotis, hipnotis itu adalah tehnik mengorek alam bawah sadar manusia, di mana alam bawah sadar tersebut sangat berpengaruh pada kehidupan nyata.

Metode hipnotis sudah dikenal manusia sejak ribuan tahun silam. Seiring perkembangan zaman, ilmu hipnotis pun terus berkembang yang hingga saat ini difungsikan untuk hiburan, menggali keterangan, mengurangi rasa sakit fisik dan untuk meneliti berbagai fenomena metafisik.
Menurut seorang instruktur pelatihan hipnotis, semua metode tersebut hanya bisa dikuasai dengan mengikuti proses pelatihan yang panjang, setahap demi setahap dan harus banyak latihan. Ini yang membedakan hipnotis dengan gendam. Gendam atau sirep dibantu jin dan menggunkan mantera-mantera. Selain itu bisa dikuasai dalam sekejap dengan melakukan ritual tertentu, sedangkan hipnotis tidak.

Selain itu hipnotis tidak dapat melawan hukum alam. Sebaliknya, gendam yang termasuk ilmu hitam secara visual dapat melawan hukum alam”Hipnotis dapat efektif hanya jika orang yang dihipnotis bersedia dihipnotis. Jika menolak maka hipnotis tidak akan bisa berjalan. Sementara ilmu hitam tidak tergantung pada bersedia dan tidaknya orang.

Dalam Tinjauan Islam

Menurut seorang ahli pengobatan spiritual, apa pun bentuknya, yang namanya hipnotis itu tidak lebih dari sihir atau tipuan mata dan hukumnya termasuk syirik.

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (Annisa : 116)

Hipnotis termasuk sihrul’ain, yang artinya sihir atau tipuan mata. Tipuan mata itu dilakukan oleh syetan terhadap manusia, sehingga orang terpengaruh dengan keinginannya melalui pandangan mata atau melalui mantra-mantra.

Pada masa Rasulullah SAW (hipnotis) juga pernah terjadi. Rasulullah SAW menyampaikan bahwa al’ainu haq, sihir mata itu benar ada, karena syetan bisa menginfiltrasi seseorang melalui pandangan mata itu.

Seperti gendam, dimana korbannya akan melihat atau merasakan sesuatu yang bukan hakekatnya. Dia merasa tidak berbuat apa-apa padahal tengah melakukan aksi yang diminta si penggendam. Inilah sihir yang menggunakan kekuatan jin.

Tips Penangkal

  • Bacalah do’a sebelum bepergian seperti doa untuk bepergian, Surah Al-Fatihah 1x, Al-Ikhlash 3x, Al-Falaq 3x, dan An-Naas 3x.
  • Biasakan selalu berzikir terutama yang disunnahkan Nabi untuk dibaca pada pagi dan sore hari.
  • Biasakan selalu berzikir di dalam hati di mana pun dan kapan pun.
  • Seseorang yang bisa terkena hipnotis, biasanya dalam keadaan melamun, berangan-angan kosong dan penakut (takut kepada syetan). Pikiran kosong dapat mengakibatkan gerbang telepathic terbuka, sehingga pihak lain dapat dengan mudah menyampaikan pesan-pesan yang tidak diinginkan.
  • Bagi mereka yang memiliki kebiasaan latah, sebaiknya jangan bepergian ke tempat umum tanpa teman. Sebab, mereka yang punya kebiasaan latah cenderung memiliki gerbang bawah sadar yang mudah dibuka paksa dengan bantuan kejutan. Hal yang sama juga berlaku bagi mereka yang mudah terkejut.
  • Bila merasakan sesuatu yang aneh, segera sibukkan pikiran kita agar tetap berada di frekuensi yang mengakibatkan efek hipnotis tidak dapat bekerja. Antara lain dengan berdo’a dalam hati, melantunkan nasyid di dalam hati, atau memikirkan hal-hal yang akan memecah konsentrasi. jangan tertuju pada hal-hal yang mencurigakan itu.
  • Tanamkan terus menerus di dalam diri bahwa hipnotis dan gendam tidak akan bekerja bagi mereka yang menolaknya. Bila kita mulai merasa berada pada “kesadaran berbeda”, mungkin saja mulai terpengaruh hipnotis. Segera niatkan dalam hati : “Dalam tiga hitungan, saya akan kembali sadar dan normal sepenuhnya …” Kemudian segera hitung dalam hati, “Satu …, dua, … tiga”.

Sumber :
Suara Hidayatullah 2007, Ar-Risalah 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar